Jumat, 12 April 2013

trend & issu kep. gerontik


A.    Lansia dalam Kependudukan di Indonesia
Pada tahun 2000 jumlah lansia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2002 menjadi sebesar 11,34% (BPS,1992). Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3x,menjadi kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi penduduk (lembaga Demografi FE-UI-1993).
Data Biro Sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga lanjut usia terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% (Kinsella dan Taeuber,1993).

Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi lansia berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan hamper mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050, saat itu lansia akan melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun). Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambarkan bahwa antara tahun 2050-2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah anak balita yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk.

Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan  tingkat perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup penduduknya. Diperkirakan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada tahun 2000.

Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat (GBHN, 1993).

Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia.


B.     Masalah  Kesehatan Gerontik
1.      Masalah kehidupan sexual
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah mitos atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan seksual pada suami isri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada saat klien sakit aau mengalami ketidakmampuan dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan pasangan masing-masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap hubungan intim dapat terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan emosional secara mendalam selama masih mampu melaksanakan.
2.      Perubahan prilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya: daya ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang akhinya menjadi sumber banyak masalah.
3.      Pembatasan fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan – peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya ganggun di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunan yang memerlukan bantuan orang lain.
4.      Palliative care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut ditunjukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli fermasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai contoh klien dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan diuretika. Diuretik berfungsi untu mengurangi volume darah dan salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang sama mungkin mengalami depresi sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek samping inilah yang menyebaban ketidaknyaman lansia.
5.      Pengunaan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada lansia akibat efek obat yang luas, termasuk efek samping obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak praktis dengan adanya perubahan usia ini adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan untuk lansia. Namun hal ini tetap bermasalah karena lansia sering kali menderita bermacam-macam penyakit untuk diobati sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang dialami lansia dalam pengobatan adalah :
·         Bingung
·         Lemah ingatan
·         Penglihatan berkurang
·         Tidak bias memegang
·         Kurang memahami pentingnya program tersebut unuk dipatuhi dan dijalankan
6.      Kesehatan mental
Selain mengalami kemunduran fisik lansia juga mengalami kemunduran mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan soialnya akan semakin berkurang dan dapat mengakibatkan berkurangnya intregrasi dengan lingkungannya.

C.     Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia
Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima.
·         Azas
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation), perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity).

Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add Health to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.

·         Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalag sebagai berikut :
{  Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)
{  Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
{  Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
{  Lansia turut memilih kebijakan (choice)
{  Memberikan perawatan di rumah (home care)
{  Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
{  Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging)
{  Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
{  Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
{  Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and family care)
·         Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu Promotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan.
1)      Promotif
Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial.
2)      Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :
­   Mengurangi cedera
­   Meningkatkan keamanan di tempat kerja
­   Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk
­   Menigkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan
­   Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut
3)      Preventif
Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Contoh pencegahan primer : program imunisasi, konseling, dukungan nutrisi, exercise, keamanan di dalam dan sekitar rumah, menejemen stres, menggunakan medikasi yang tepat.

Melakukakn pencegahan sekuder meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder: kontrol hipertensi, deteksi dan pengobatan kanker, skrining : pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi, mulut.

Melakukan pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat. Jenis pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi, medukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih bnerfungsi

4)      Rehabilitatif
Prinsip
ª  Pertahankan lingkungan aman
ª  Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
ª  Pertahankan kecukupan gizi
ª  Pertahankan fungsi pernafasan
ª  Pertahankan aliran darah
ª  Pertahankan kulit
ª  Pertahankan fungsi pencernaan
ª  Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
ª  Meningkatkan fungsi psikososial
ª  Pertahankan komunikasi
ª  Mendorong pelaksanaan tugas

D.    Hukum dan Perundang-undangan yang Terkait dengan Lansia
Ø  UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jomp.
Ø  UU No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
Ø  UU No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial
Ø  UU No.3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Ø  UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Ø  UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Ø  UU No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman
Ø  UU No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera
Ø  UU No.11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun
Ø  UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
Ø  PP No.21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera
Ø  PP No.27 tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan
Ø  UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (tambahan lembaran negara Nomor 3796) sebagai pengganti UU No.4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo.
Ø  UU No. 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :
­   Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan kelembagaan.
­   Upaya pemberdayaan
­   Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan tidak potensial
­   Pelayanan terhadap lansia
­   Perlindungan sosial
­   Bantuan sosial
­   Koordinasi
­   Ketentuan pidana dan sanksi administrasi
­   Ketentuan peralihan
Beberapa undang-undang yang perlu disusun adalah :
­   UU tentang Pelayanan Lansia Berkelanjutan (Continum of Care)
­   UU tentang Tunjangan Perawatan Lansia
­   UU tentang Penghuni Panti (Charter of Resident’s Right)
­   UU tentang Pelayanan Lansia di Masyarakat (Community Option Program)
E.     Peran Perawat
Berkaitan dengan kode etik yang harus diperhatikan oleh perawat adalah :
{  Perawat harus memberikan rasa hormat kepada klien tanpa memperhatikan suku, ras, gol, pangkat, jabatan, status social, maslah kesehatan.
{  Menjaga rahasia klien
{  Melindungi klien dari campur tangan pihak yang tidak kompeten, tidak etis, praktek illegal.
{  Perawat berhak mnerima jasa dari hasil konsultasi danpekerjaannya
{  Perawat menjaga kompetesi keperawatan
{  Perawat memberikan pendapat dan menggunakannya. Kompetei individu serta kualifikasi daalm memberikan konsultasi
{  Berpartisipasi aktif dalam kelanjutanyaperkembangannya body of knowledge
{  Berpartipitasi aktif dalam meningkatan standar professional
{  Berpatisipasi dalam usaha mencegah masyarakat, dari informasi yang salah dan misinterpretasi dan menjaga integritas perawat
{  Perawat melakukan kolaborasi dengan profesi kesehatannya yang lain atau ahli dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat termasuk pada lansia.

F.      Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Khususnya Lansia
Contoh upaya pemerintah di negara maju dalam meningkatkan kesehatan masyarakatnya, diantaranya adanya medicare dan medicaid. Medicare adalah program asuransi social federal yang dirancang untu menyediakan perawatan kesehatan bagi lansia yang memberikan jaminan keamanan social. Medicare dibagi 2 : bagian A asuransi rumah sakit dan B asuransi medis. Semua pasien berhak atas bagian A, yang memberikan santunan terbatas untuk perawatan rumah sakit dan perawatan di rumah pasca rumah sakit dan kunjungan asuhan kesehatan yang tidak terbatas di rumah. Bagian B merupakan program sukarela dengan penambhan sedikit premi perbulan, bagian B menyantuni secara terbatas layanan rawat jalan medis dan kunjungan dokter. Layanan mayor yang tidak di santuni oleh ke dua bagian tersebut termasuk asuhan keperwatan tidak terampil, asuhan keperawatan rumah yang berkelanjutan obat-obat yang diresepkan, kaca mata dan perawatan gigi. Medical membayar sekitar biyaya kesehatan lansia (U.S Senate Committee on Aging, 1991).

Medicaid adalah program kesehatan yang dibiayai oleh dana Negara dan bantuan pemerintah bersangkutan. Program ini beredaq antara satu Negara dengan lainya dan hanya diperuntukan bagi orang tidak mampu. Medicaid merupakan sumber utama dana masyarakat yang memberikan asuhan keperawatan di rumah bagi lansia yang tidak mampu. Program ini menjamin semua layanan medis dasar dan layanan medis lain seperti obta-obatan, kaca mata dan perawatan gigi.

Adapun program kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia  yang diperuntukkan khusunya bagi lansia adalah JPKM yang merupakan salah satu program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas sasarannya adalah yang didalamnya ada keluarga  lansia. Perkembangan jumlah keluarga yang terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang berisiko tentunya menurut perawat memberikan pelayanan pada keluarga secara professional. Tuntutan ini tentunya membangun “ Indonesia Sehat 2010 “ yang salah satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan yang baik dan perhatian yang selayaknya.
Hasil Penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 Kota (Padang,Bandung,Denpasar dan Makassar) sbb:
ü  Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan (76,24%),daya ingat (69,39%),seksual (58,04%),kelenturan(53,23%),gigi dan mulut (51,12%).
ü  Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi (69,39%),sakit kepala (51,15%),daya ingat menurun (38,51%),selera makan menurun (30,08%),mual/perut perih (26,66%),sulit tidur (24,88%),dan sesak nafas (21,28%).
ü  Penyakit kronis : rematik (33,14%),darah tinggi (20,66%),gastritis (11,34%),dan jantung (6,45%).




Referensi
Nugroho, Wahjudi SKM. (1995). Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : EGC
Maryam, R siti. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakatra: Salemba medika
Mubarak Wahid iqbal,dkk. (2006). Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto
Sahar juniati (2001) keperawatan gerontik, coordinator keperawatan komunitas, fakultas ilmu keperawatan UI, Jakarta
Setiabudhi, Tony. (1999). Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Situart dan Sundart. (2001). Keperawatan Medikal Bedah 1. Jakarta: EGC

Senin, 08 April 2013


PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA


 











DISUSUN OLEH:
YENI NURYANI
ARI ANDRIANTO




PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BANI SALEH
JL. R.A KARTINI NO: 66 BEKASI 17113
2013
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KASUS 1
KELOMPOK 1

Kasus 1 :
Tn. A usia 46 tahun, TD 170/100 mmHg, N 100 kali/menit, nafas 20kali/menit, bekerja sebagai tukang ojek. Mempunyai kebiasaan merokok dan mempunyai istri Ny. S berusia 43 tahun, TD 120/90 mmHg, N 78 kali/menit, nafas 22 kali/menit dan mempunyai 3 orang anak.

A.    DATA UMUM
1)      Nama Kepala Keluarga           : Tn. A
2)      Usia                                         : 46 Tahun
3)      Suku                                        : Betawi
4)      Agama                                     : Islam
5)      Pendidikan                              : SMP
6)      Pekerjaan                                 : Tukang Ojek
7)      Tempat/Tanggal Lahir : Bekasi/ 14 Januari 1965
8)      Alamat dan No.Telfon            : JL. Toyogiri No.22  Rt 06/02
Tambun Bekasi
9)      Komposisi Keluarga                :




No
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Hub. Dengan KK
Tempat/Tanggal Lahir
Pekerjaan
Pendidikan
1
Ny. S
43 Thn
P
Istri
Carawang, 14 Februari 1969
IRT
SMP
2
Tn. S
21 Thn
L
Anak
Bekasi, 18 Maret 1992
Buruh Pabrik
SMA
3
Nn. E
17 Thn
P
Anak
Bekasi, 9 Januari 1996
Pelajar
SMA
4
An. Y
11 Thn
L
Anak
Bekasi, 22 Juni 2002
Pelajar
SD

10)    Genogram     :
Sehat
 
Maag
 
Sehat
 
Sehat
 
Hipertensi
 
Tn. S
21 thn
 
Oval: Ny. S
17 thn
Tn. Y
11 thn
 
Oval: Ny. S
43 thn
Tn. A
46 thn
 

 

 
Oval: Ny. L
73 thn
Tn. K
80 thn
 

 

 
Tn. H
70 thn
 
Oval: Ny. I
65 thn




 

 
Keterangan :
 = Laki-laki                                                      = Laki-laki Meninggal
 = Perempuan                                                  = Perempuan Meninggal
               = Tinggal Serumah

 
11)        Riwayat Penyakit
Tn. A mengatakan sebelumnya tidak pernah mengetahui tentang penyakitnya. Tn. A mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya baru diketahui sekitar 1 tahun yang lalu pada saat Tn. A mengantarkan anaknya berobat ke puskesmas. Setelah mengetahui Tn.A mempunyai darah tinggi Tn.A langsung berobat di puskesmas berbarengan dengan anaknya yang sakit. Setelah berobat di puskesmas Tn. A merasa membaik dan tidak pergi ke puskesmas untuk control. Namun setelah lima bulan kemudian Tn. A pergi ke puskesmas untuk berobat karena mempunyai keluhan sakit kepala yang hebat. Dan sampai sekarang belum ke puskesmas lagi. Tn. A mengatakan penyakit darah tinggi  yang dideritanya melainkan karena pengaruh dari pola makan Tn. A yang salah. Tn. A mengatakan memang sangat senang makan ikan asin terlebih jika istrinya memasak makanan harus sedikit asin. Tn. A juga mengaku sangat suka sekali dengan daging kambing ditambah dengan adanya kebiasaan merokok dan minum kopi rutin 3 x perharinya. Tn.A mengatakan pernah dirawat dirumah sakit tetapi bukan karena darah tingginya melainkan karna mengalami kecelakaan motor.

12)        Tipe Keluarga
Keluarga ini tergolong dalam tipe keluarga keluarga inti atau nuclear  family karena dalam satu rumah terdiri dari ayah yang berusia 46 tahun dan ibu yang berusia 43 tahun denga tiga anak yaitu : anak laki-laki berusia 21 tahun, anak kedua perempuan berusia 17 tahun, dan anak ketiga laki-laki berusia 11 tahun yang semuanya belum menikah. Tn. A dan Ny. S mengatakan dalam keluarganya tidak ada kendala atau masalah tertentu yang dirasakan setiap anggota keluarga yang mengganggu aktivitas mereka sehari-hari
                      
13)        Budaya
a.       Suku Bangsa
Tn. A berasal dari suku betawi  daerah Jakarta dan Ny. S berasal dari suku jawa yaitu daerah solo.
b.      Bahasa Sehari-hari
Bahasa sehari hari yang digunakan oleh Tn. A dan Ny. S serta anak-anaknya adalah bahasa Indonesia. Tetapi tidak jarang pula keluarga ini menggunakan bahasa betawi karena terbawa oleh lingkungan dan keluarga dari Tn. A.
c.       Kebiasaan Adat
Tn. J mengatakan budaya yang di anut tidak sepenuhnya tumbuh didalam keluarga mereka, ada beberapa adat pantangan seperti ketika istri sedang hamil tidak boleh keluar diatas jam 6 sore atau setelah magrib, tidak boleh tidur siang, dan istri yang sedang hamil harus selalu membawa bawang putih untuk penangkal setan.
d.      Nilai-nilai budaya dalam keluarga
Tidak ada nilai-nilai bedaya yang secara resmi dalam keluarga Tn. A, namun dalam menyelesaikan suatu masalah biasanya keluarga ini selalu bertukarpendapat dan mencari solusinya secara bersama.
e.       Kebiasaan budaya yang berhubungan dengan kesehatan
Ada budaya pada keluarga Tn. A yang melarang untuk makan ikan pada ibu yang baru melahirkan karena merekan percaya jika tidak makan ikan maka luka atau jaitan setelah melahirkan kan cepat sembuh.

14)        Agama
Keluarga ini menganut agama Islam. Kedua orangtua rajin sholat 5waktu. Tn. A biasanya melaksanakan kewajiban sholat Jum’at di Masjid di wilayah rumahnya, dan melaksanakan sholat magrib di mushola di daerah sekitarrumahnya, apabila tidak ada halangan (cuaca buruk, hujan). Ny. S mengatakan bahwa ia sangat percaya kepada Tuhan YME dan sangat berserah diri tentang apapun di dalam keluarga baik itu mengenai kesehatan,keutuhan dalam rumah tangganya, jodoh anak-anaknya, rezeki, dan lainnya.Tn. J dan Ny. M mengarahkan anak-anaknya untuk selalu taat menjalankan ibadah dan bertakwa kepada Allah.

15)        Status social ekonomi keluarga
Status sosial keluarga termasuk keluarga sejahtera 2, dimana keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teraturbagi masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi sepertisumbangan materi, dan belum dapat aktif dalam kegiatan masyarakat. Tn.A dan Ny. S bersama-sama dalam mencari nafkah untuk keluarga sebagai tukang ojek dan pedagang. pendapatan Tn. A rata-rata Rp 1 jutaan dan Ny. M rata-rata Rp 1 jutaan. Menurut Ny. S pendapatan mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka termasuk dalam pendidikan anak mereka dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-harinya.

B.     Faktor Lingkungan

1.      Rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)
            Tipe rumah            : Tembok permanen, lantai dari keramik, atap genting.
            Ukuran                  : 6  m x  9  m
            Jumlah ruangan     : 8 ruangan, terdiri atas 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi dan 1 teras rumah.
2.      Ventilasi dan Penerangan
Penerangan rumah dengan lampu neon, siang hari cahaya sinar matahari dapat masuk ke setiap ruangan dan kamar tidur, terdapat 2 kamar saja yang mempunyai jendela, dan untuk ruang tamu ada dua jendela. Total terdapat 4 jendela.
3.      Persediaan air bersih
Persediaan air bersih tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air minum dan memasak, air diambil dari sumur dan dimasak terlebih dahulu hingga masak. Namun kalau sedang musim hujan biasanya air sumur menjadi agak keruh tapi tidak berbau. Untuk  kebutuhan air (MCK) anggota keluarga menggunakan air sumur juga.
4.      Pembuangan sampah
Sampah dibuang pada tempat sampah terbuka di samping rumah dan apabila sudah menumpuk sampah akan dibakar.
5.      Pembuangan air limbah
Pembuangan limbah melalui selokan.
6.      Jamban / WC (tipe, jarak dengan sumber air)
Tipe jamban leher angsa (jamban jongkok).
7.      Lingkungan rumah
Jarak rumah klien dengan tetangga terdekat sekitar 1-3 meter, sedangkan didepan rumah keluarga persis terdapat tempat cuci mobil. Pada samping rumah terdapat kost - kostan.

8.      Sarana komunikasi dan transportasi
Untuk berhubungan dengan keluarga maupun saudara yang jauh Tn. A dan Ny. S menggunakan telephone milik An. D. Sedangkan untuk keperluan transportasi  keluarga menggunakan sepeda motor.
9.      Fasilitas hiburan (TV, radio, dll)
hKeluarga memiliki sebuah televisi yang terletak di ruang keluarga sebagai fasilitas hiburan.
10. 
Keterangan:
1           Teras
2        Warung klien
3, 5, 6             Kamar tidur
4         Ruang keluarga
7         Kamar mandi
8           Dapur


 
U
 
Denah (rumah dan lingkungan)
56
 
                                               
                    1        2             5
                                                 6 m
4
 
7
 
   3          4                   8              
 

                                           9 m

11.  Fasilitas pelayanan kesehatan
Anggota keluarga jarang memeriksakan kesehatannya ke fasilitas pelayanan kesehatan, namun terkadang keluarga pernah juga periksa ke tempat pelayanan terdekat yaitu puskesmas.

C.    Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1.      Tahap perkembangan saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn. A saat ini termasuk keluarga dengan anak remaja, tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja seperti:

a.       Mempertahankan pola komunikasi
Keluarga Tn. A mempunyai 1 anak usia remaja, An. E terbuka terhadap ibunya karena Nn. E merasa paling dekat dengan ibunya. Bila ada permasalahan yang menyangkut dirinya, An. E selalu membicarakan denagn ibunya untuk mendapatkan solusi dan masalah cepat terselesaikan. Tapi Nn. E tidak begitu dekat dengan bapaknya dikarenakan bapaknya jarang di rumah sehingga jarang berkomunikasi.
b.      Memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab
Keluarga Tn. A menerapkan keseimbangan antara kebebasan yang diberikan dengan tanggung jawab masing-masing. Ny. S memberi tugas pada anak-anaknya untuk melakukan kegiatan pribadinya secara mandiri sebagai bukti bahwa anak mampu mempertanggungjawaban kewajiban yang telah anak lakukan.
2.      Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Berdasar hasil wawancara, maka didapat informasi bahwa pada usia remaja mulai merasa tekanan yang cukup berat karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula biaya yang dibutuhkan. Tn. A sering berpikir apakah dia sanggup menuntaskan anak-anaknya dengan penghasilannya itu.
3.      Riwayat keluarga inti 

            Dalam keluarga Tn. A tidak ada yang memiliki penyakit keturunan dan semua sehat. Apabila dalam keluarga Tn. A ada yang sakit, dengan segera memeriksakan ke pelayanan kesehatan

terdekat.

4.      Riwayat keluarga sebelumnya
Ny. A  memiliki penyakit darah tinggi sampai sekarang tapi anak-anaknya tidak ada yang memiliki penyakit hipertensi.



D.    Struktur peran (formal & informal)
      Formal
a.       Tn. A sebagai kepala keluarga sekaligus pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya  dismping itu Tn. A sebagai pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman pada keluarga
b.      Ny. S berperan sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya, Ny. S sebagai ibu yang memiliki peran untuk mengurusi rumah dan pendidik anak-anaknya serta membantu suaminya bekerja. 
c.       Tn. S, Nn. E  dan An. Y berperan sebagai anak sekolah yang harus belajar dan patuh pada kedua ortunya.
Informal
Setiap anggota keluarga selalu memiliki peran sebagai pendorong bagi yang lain

E.     Fungsi keluarga:
1.      Fungsi afektif
Menurut Tn. A ia senang memiliki keluarga yang lengkap serta sangat senang karena dapat berkumpul dengan mereka. Keluarga tampak harmonis, saling memperhatikan satu dengan yang lain serta saling menghargai satu dengan yang lain, apabila ada anggota keluarga lain yang membutuhkan maka anggota keluarga akan membantu sesuai dengan kemampuan.
2.      Fungsi sosialisasi
Hubungan antar anggota keluarga baik, didalam keluarga ini tampak kepedulian anggota keluarga dengan saling tolong menolong dalam melaksanakan tugas didalam keluarga ini. Keluarga ini juga membina hubungan yang baik dengan tetangga sekitar rumahnya terbukti dengan seringnya tetangga main ke teras rumahnya untuk berbincang-bincang dengan anggota keluarga.
3.      Fungsi perawatan kesehatan
Tn. A mengatakan bahwa ia tidak mengetahui  bahwa  penyakit takanan  darah tingginya berbahaya jika dibiarkan tanpa adanya kontrol, ia juga tidak mengetahui tanda-tanda terjadinya peningkatan tekanan darah yang diketahuinya hanya kepala pusing. Tn. A. mengatakan ia tidak mengurangi atau pantangan makanan apapun karena ia tidak tahu serta makanan yang dikonsumsinya sama dengan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga (tidak disendirikan karena kurang garam).
Menurut keluarga sakit yang dialami Tn. A ini tidak terlalu dirasakan karena Tn. A dibawa ke puskesmas jika ada keluhan saja. Anggota keluarga mengatakan bahwa ia tidak mengetahui akibat yang bisa timbul akibat dari tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol serta cara merawat anggota keluarga yang sakit.
Keluarga mengatakan bahwa yang menjaga kebersihan rumah adalah  Ny. S dibantu oleh anak-anaknya secara bergantian. Keluarga mengatakan bahwa mereka melakukannya karena kebiasaan.
Keluarga mengetahui jika sakit ia harus pergi ke puskesmas apalagi puskesmas yang ada cukup dekat rumah dengan hanya berjalan kaki maka akan sampai.

F.     Stress dan koping keluarga:
Tn. A mengatakan bahwa di dalam keluarganya jika ada masalah mengenai anak, sekolah anak atau apapun akan berusaha diselesaikan dengan berunding bersama-sama untuk mencari jalan yang terbaik.
Dan apabila masalah tersebut belum terpecahkan juga maka keluarga akan minta bantuan kepada anggota keluarga yang lebih tua dalam membantu memecahkan masalah.



G.    Pengkajian Psikososial
1.      Status emosi
Tn. A mengatakan bahwa ia mudah marah jika ada anak anak nya yang  bandel. Untuk Ny. S emosi nya stabil dan ramah, sedangkan untuk Tn. S, Nn. E dan An. Y emosinya masih labil seperti anak anak pada umumnya.  
2.      Konsep diri
Anggota keluarga Tn. A memiliki konsep diri baik meskipun hidup dengan kekurangan dan terkadang penyakit menghampiri keluarga  tabah dan ingin semakin mendekatkan diri pada Sang Pencipta

H.    Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik
Tn. A
Ny. S
Tn. S
Nn. E
An.Y
Tekanan darah
170/100 mmHg
120/90 mmHg
110/80 mmHg
120/80 mmHg
110/80 mmHg
Nadi
Suhu
RR
BB

100x/mnt
360C
20x/mnt
58 kg
78x/mnt
360C
22x/mnt
60 kg
80x/mnt
360C
24x/mnt
50 kg
83x/mnt
360C
22x/mnt
45 kg
80x/mnt
360C
24x/mnt
35 kg
Kepala
Mesochepal
Mesochepal
Mesochepal
Mesochepal
Mesochepal
Rambut
Hitam bersih
Hitam bersih
Hitam bersih
Hitam bersih
Hitam bersih
Kulit
Sawo matang, turgor baik
Sawo matang, turgor baik
Sawo matang, turgor baik
Sawo matang, turgor baik
Sawo matang, turgor baik
Mata
Simetris, konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik, penglihatan kurang baik (kabur ketika melihat)
Simetris, konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik, penglihatan baik
Simetris, konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik, penglihatan baik
Simetris, konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik, penglihatan baik
Simetris, konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik, penglihatan baik
Hidung
Bersih, fungsi penghidu baik
Bersih, fungsi penghidu baik
Bersih, fungsi penghidu baik
Bersih, fungsi penghidu baik
Bersih, fungsi penghidu baik
Mulut & tenggorokan
Bersih, tidak berbau, gigi bersih, tidak ada nyeri telan
Bersih, tidak berbau, gigi bersih, tidak ada nyeri telan
Bersih, tidak berbau, gigibersih, tidak ada nyeri telan
Bersih, tidak berbau, gigi bersih, tidak ada nyeri telan
Bersih, tidak berbau, gigi karies, tidak ada nyeri telan
Telinga
Simetris, pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu
Simetris, pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu
Simetris, pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu
Simetris, pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu
Simetris, pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada
Tidak ada wheezing
Tidak ada wheezing
Tidak ada wheezing
Tidak ada wheezing
Tidak ada wheezing
Perut

Ekstremitas


Tidak kembung, tidak nyeri tekan
Tidak ada kelainan bentuk
Tidak kembung, tidak nyeri tekan
Tangan kiri dan kaki kiri pegel-pegel kadang tidak bisa berjalan, lutut kanan dan kiri kemeng, kaki terasa dingin
Tidak kembung, tidak nyeri tekan
Tidak ada kelainan bentuk
Tidak kembung, tidak nyeri tekan
Tidak ada kelainan bentuk
Tidak kembung, tidak nyeri tekan
Tidak ada kelainan bentuk

I.       Analisa Data
Tgl
Data
Masalah perawatan keluarga
10/3/’13
Subjektif:
Tn. A mengatakan bahwa ia tidak mengetahui tanda-tanda terjadinya peningkatan tekanan darah, ia juga mengatakan bahwa ia tidak tahu harus mengurangi makan apa, karena selama ini ia tidak pantang atau mengurangi makanan. Ia mengatakan sering mengalami pusing kepala. Keluarga mengatakan bahwa ia tidak pernah mengajak kontrol ke puskemas atau tempat yang lain untuk mrngontrol tekanan darahnya
Objektif:
Tekanan darah Ny. S 170/100 mmHg.
Penderita mengetahuinya + 1 tahun yang lalu.
1.    Hipertensi
Resiko cidera (perdarahan pada pembuluh darah di otak) berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sakit tekanan darah tinggi.




10/13/’13
Subjektif:
Ny. S mengatakan bahwa yang membersihkan rumah adalah dirinya dibantu oleh anak perempuannya
Objektif:
Ruangan tampak gelap, dan ventilasi/ sirkulasi udara didalam rumah kurang, baju banyak yang digantung.
2.    Kebersihan lingkungan rumah.
Resiko terjadinya penyakit (DHF & ISPA) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah













J.      Skoring
Resiko cidera (perdarahan pada pembuluh darah di otak)
Kriteria
Skor
Pembenaran
1.    Sifat masalah
Resiko


2.    Kemungkinan masalah dapat diubah.
Sebagian.

3.    Potensi masalah untuk dicegah.
Cukup

4.    Menonjolnya masalah.
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani

2/3 x 1 = 2/3



½ x 2 = 1


2/3 x 1 = 2/3


½ x 1 = ½
Adalah resiko tidak sehat dan memerlukan penanganan yang secepatnya untuk mencegah peningkatan tekanan darah atau terjadinya komplikasi akibat peningkatan tekanan darah.
Masalah dapat diatasi sebagian karena keluarga kurang memiliki pengetahuan tentang cara  merawat anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi.

Masalah dapat diubah karena penyakit hipertensi meruapakan suatu penyakit yang dapat dipertahanakan dengan menjaga keseim bangan tekanan darah.

Keluarga tidak menyadari betapa pentingnya menjaga kestabilan tekanan darah pada penderita hipertensi
Total skor            3 ¼


No.
Diagnosa keperawatan
Tujuan
Rencana
intervensi
Umum
Khusus
1.
Resiko cedera (pendarahan pada pembulu darah pada otak) berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi
Setelah dilakukan kunjungan keperawatan resiko pendarahan otak dapat dicegah
TUK 1.
Setelah dilakukan kunjungan selama 1x45 menit. Keluarga mampu :
1.      Mengenal masalah hipertensi


















TUK 2.
Mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat untuk merawat anggota keluarga yang hipertensi









TUK 3
Merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi
















TUK 4.
Memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan



TUK 5.
Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan





a.       Menyebutkan pengertian hipertensi
b.      Penyebab hipertensi
·         Makanan
·         Usia
·         Obat-obatan
·         Keturunan
·         Stress
c.       Menyebutkan tanda gejala hipertensi
·         Pusing
d.      Menyebutkan jenis hipertensi
·         Derajat 1
·         Derajat 2
·         Derajat 3
·         Derajat 4



a.       Jelaskan akibat bila hipertensi tidak ditangani dengan tepat
b.      Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat guna menangani hipertensi
c.       Beri reinforcement positif atas keputusan keluarga



a.       Jelaskan pada keluarga tentang perawatan hipertensi
b.      Demokrasikan pengobatan tradisional untuk hipertensi
c.       Beri kesempatan keluarga untuk mendemontrasikannya.
d.      Beri reinforcement positif atas keterampilan keluarga dalam membuat obat tradisional



a.       Jelaskan tentang pencegahan hipertensi yang dapat dilakukan keluarga dirumah



a.       Menjelaskan pada keluarga mengenai tempat pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi
b.      Memotivasi keluarga untuk mengunjungi tempat fasilitas kesehatan
c.       Beri reinforcement positif atas minat keluarga.